Dooook.. tolong dok, selamatkan isteri saya!! Pria muda berdandan parlente itu terlihat panik, mengikuti laju brankar (tempat tidur pasien) yang membawa isterinya yang sedang hamil menuju instalasi gawat darurat.
Dokter mendekat, lalu memanggil-manggil wanita hamil itu. Bu.. bu.. bangun bu.. namanya siapa? bu... buuuu...
Dokter dengan cepat memeriksa ini itu, kemudian berteriak, memanggil semua perawat untuk membantunya. Seketika para perawat datang membawa berbagai peralatan. Ada alat yang ditempatkan di hidung, ada yang membawa infus, layar monitor, dan sang dokter menempelkan alat itu. Ah, ya, yang aku tahu, itu alat untuk memacu jantung. Apakah berarti wanita itu hampir ma...ti...
Selama kurang lebih 15 menit, aku menunggu di luar ruangan, lalu sang dokter keluar dan mengumumkan bahwa si wanita hamil 8 bulan telah meninggal, beserta bayinya.
Untuk pertama kalinya dalam hidup aku merasakan kesedihan yang mendalam. Wanita yang paling kucintai telah meninggal dunia. Wanita itu adalah ibuku.
Setidaknya itulah panggilanku kepadanya. IBU. Dia adalah wanita cantik dan cerdas. Dialah yang mengasuhku sejak aku bayi karena ayah kandungku meninggal. Begitulah kira-kira cerita tentang hidupku yang aku percaya, entah kenyataannya benar atau tidak.
Ibuku meyakinkanku untuk percaya bahwa aku adalah korban dari perbuatannya, sehingga dia menebus kesalahan dengan mengasuhku, menjadi ibu angkatku.
Dari ceritanya, aku dikatakan anak seorang pejabat negara. Pejabat yang terlibat skandal politik besar yang melibatkan ibu angkatku ini. Ibu angkatku berperan "menawarkan solusi" dengan berpura-pura sebagai tangan kanan pemimpin negeri. Dia berhasil membuat ayah kandungku terlalu mempercayai dan mencintainya, hingga ayah sadar dirinya ditipu dan meninggal ditangan musuh politiknya. Ibu angkatku berhasil menjalankan misinya, tetapi dia menyesalinya. Lalu aku yang masih 8 bulan diasuh dan tinggal bersamanya. Kala itu usianya masih muda, 27 tahun.
Dia menikah 5 tahun kemudian dengan seorang pria 'biasa'. Lalu, di usianya yang ke-34, dia meninggal saat hamil, meninggal bersama bayinya. Kematian yang mendadak, yang belakangan aku paham bahwa ibu angkatku mengalami HELLP SYNDROME, sebuah peristiwa patologis dan gawat dari suatu kondisi fisiologis, yaitu kehamilan.
Mulai detik itu, saat aku berhasil memahami apa yang dialami ibu angkatku yang meregang nyawa di usianya yang muda, sebuah pemahaman mengakar. Betapa besar perjuangan seorang wanita, hamil lalu melahirkan. Perjuangan antara hidup dan mati. Meski hamil adalah sebuah peristiwa wajar (fisiologis), tetapi ada risiko menjadi abnormal (patologis).
Lantas aku berjanji, untuk selalu mencintai ibu kandungku, yang menurut cerita, meninggal setelah melahirkanku. Meski aku tidak ingat siapa namanya, aku akan selalu mendoakan dia. Bukankah Tuhan menerima doa anak sholeh kepada orang tuanya?
Aku selalu merasa hamil itu keren, kuat. Sangat kuat. Namun juga rentan. Orang hamil membutuhkan dukungan orang- orang disekitarnya. Terutama orang yang dicintainya.
Pesanku untukmu Rendra. Jika aku lebih dulu mati, aku ingin kau selamanya mengingatku setiap melihat anak-anak kita. Mengingat seorang wanita yang rela membawa janin 9 bulan dirahimnya, rela melahirkan dengan pertaruhan nyawa. Aku rela karena aku yakin kamu pantas menjadi ayah dari anakku. Inilah yang bisa kulakukan sebagai bukti cintaku kepadamu.
Terimakasih Rendra, telah selalu mendukung dan melindungiku disaat aku hamil. Aku kadang takut, tetapi aku menjadi kuat karena kamu.
Dan hari ini, 30 Oktober, H-1 hari kelahiran putri kita, anak kedua kita. Aku tuliskan isi hati ini. Besok aku siap. Semoga Tuhan melancarkan segalanya.
--Bersambung--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar