Di sebuah jalan menanjak di suatu perkampungan padat terdengar letupan senapan, beberapa kali. Tidak ada korban jiwa, tapi suara letupan itu cukup mencekam, mengusik siang yang biasanya damai. Semua warga berada di dalam rumah, tidak berani keluar, demikian juga kami.
Aku bersama sekumpulan orang yang tidak saling kenal bersembunyi di salah satu rumah warga berdinding bambu. Kami tahu rumah itu tidak cukup layak melindungi kami dari peluru senapan. Seorang laki2 paruh baya berkemeja putih lusuh, berteriak2 seperti preman.
"Ayo, menyerah saja kamu daripada seluruh penduduk desa ikut jadi korban. Tunjukkan dirimu, yang berani2nya mencuri uang kami. Cepat keluar!!
Hey kamu, kamu ya pencurinya, aku dengar seorang dokter telah ngobrol dan ditawari musuh kami, Mr.X untuk membobol jaringan kami!"
Seorang wanita berjas putih (jas yang sering dipakai para dokter), berhijab, cukup berani menampakkan diri sambil duduk dibangku depan rumah tempat kami bersembunyi, menjawab dengan berteriak.
"Sembarangan ya, bapak ya, saya memang ditawari pekerjaan itu oleh Mr.X tapi cuma sekadar ngobrol saja. Kalo ngobrol saja ya belum tentu saya pelakunya. Pasti banyak juga yang ditawari dia (Mr.X). Sekarang mana buktinya!"
Lelaki tua menyahut "Sebentar lagi kami akan punya nama pelakunya, sebelum kami tahu lebih baik menyerahlah siapapun kamu!"
Seketika itu pemahaman memenuhi kepalaku. Aku teringat beberapa waktu lalu tiba2 ada banyak orang asing yang bertegur sapa denganku, terlalu banyak sebenarnya, sehingga aku merasa agak janggal tapi tidak kupedulikan, ada yang bertanya alamat, tempat, dll. Bahkan ada bapak2 paruh baya yang bertemu denganku di sekolah, agak janggal laki2 berusia tua datang ke sekolah bertanya hal itu, tapi aku tidak cukup ingat siapa mereka, apa yang mereka tanyakan. Tambah lagi beberapa hari lalu aku sempat tidak bisa masuk kamar kos, aku kira kuncinya bermasalah, sampai tukang kunci memeriksa dan mencoba kunciku, ternyata tidak ada masalah dan dengan ajaib kunciku tadi tiba2 bisa digunakan kembali. Dan lagi, aku merasa kamar kosku akhir2 ini tidak aman, seperti ada orang lain yang "tinggal" disana?. Dan lebih parahnya, ada jejak orang mengotak atik komputerku, entah siapa, meski tidak ada dokumen yang hilang. Mengingat semua hal tadi aku merasa bahwa semua ini tentang aku. Akulah yang mafia2 itu cari. Dan aku sebenarnya sedang dijebak. Aku pelaku yang dibuat oleh seseorang sebagai hacker kelas kakap yang berhasil membobol jaringan mafia, dan merampas pundi2 emas mereka. Seperti pria paruh baya tadi tuduhkan: seorang dokter sebagai hacker yang membobol jaringan mereka dan menghilangkan ribuan dolar yang mereka kumpulkan. Mereka pasti sangat marah.
Aku kumpulkan semua orang yg ada di rumah persembunyian itu, aku ceritakan kegelisahanku itu. ".. jadi mereka mengincarku, aku dijebak, tapi mereka pasti tidak percaya meski aku menceritakan yang sebenarnya. Kamar kosku dimasuki orang, komputerku digunakan, aku dijebak seolah akulah yang nge-hack mafia, kalian tahu aku bukanlah hacker." Mereka terdiam. Entah apa yang ada dipikiran mereka. Aku jadi sedikit tidak percaya mereka. Khawatir jika salah satu dari merekalah yang menjebakku. Aku melanjutkan. "aku akan pergi, kalian tolong aku, ulur waktu mafia, kalian pasti paham apa yang harus dilakukan. Aku akan kabur, sembunyi, aku tidak ingin tertangkap."
Lalu aku pergi lewat pintu belakang rumah, berjalan menunduk, kadang merangkak, beberapa kali melompat, dan sedikit atraksi akrobatik. Suasana sekeliling desa sangat mencekam, orang2 tidak berani menyalakan lampu rumah terang2. Sebagian besar rumah mereka bercahaya temaram, bahkan ada yang sengaja membuat gelap rumah agar dikira tidak ada penghuninya. Atau mungkinkah rumah mereka pun sudah dikuasai mafia? Ah, sepertinya seluruh desa sudah dikuasai para mafia.
. . .
Perjalananku cukup lancar. Aku tiba dirumah tanpa diketahui dan diikuti siapapun.
Aku langsung masuk ruang bawah tanah, tanpa ba-bi-bu, tanpa menyapa org tuaku.
. . .
Malam itu aku tidur diruang bawah tanah, ditemani kelelawar besar. Seketika aku merasakan hawa dingin yang aneh, lebih menusuk daripada biasa. Sendiri. Menghindari kejaran org2. Tegang. Mencekam seperti menunggu maut (mungkin). Ah. aku tidak suka suasana ini.
Dalam situasi ini aku tiba2 teringat bahwa aku di dunia mimpi. Kalau begitu.. aku bisa mengubah cerita ini kan??
. . .
Aku reset waktunya ke beberapa jam sebelum ini, ketika aku sampai dirumah:
Aku tidak ke ruang bawah tanah. Aku mendatangi kedua ortuku. Aku ceritakan situasinya kepada mereka. Orang tua adalah orang2 yang paling aku percaya. Awalnya mereka menyuruhku sembunyi di loteng, tapi kucing kami tidak bisa diajak kompromi, dia mengeong2 dan selalu menempel padaku. Aku tidak mungkin sembunyi dengan kondisi begini.
Setelah berdiskusi panjang, malam itu akhirnya diputuskan skenario luar biasa. Menurut kedua ortuku, aku harus disembunyikan, selamanya, agar mafia tidak mengejarku lagi. Aku harus "dibuat mati."
Pagi harinya, skenario itu dijalankan. Aku mati. Dikuburkan. Diumumkan secara luas. Para tetangga tahu, orangtuaku sudah menyiapakan skenario terbaik jika orang2 mempertanyakan anak gadisnya yang mati muda. Dan sepertinya para mafia pun tahu.
. . .
Tahun2 setelah itu para mafia sudah tidak terlihat lagi. Mereka sudah menyerah karena orang yg mereka anggap salah sudah mati atau mungkin mereka justru sudah berhasil mengembalikan harta mereka lagi. Entah yang mana, yang jelas akhirnya aku dan keluargaku aman. Rasanya aku ingin bilang The End, tetapi tunggu dulu. Kisahku masih berlanjut tidak cukup sampai disitu.